Hallo guys, terimakasih ya udah mampir ke blog aku ^_^

Senin, 29 Juni 2015

Untukmu Masa Depan

Senin, 29 Juni 2015. 18 hari setelah perpisahan kita. Sudah hampir 3 minggu aku sendiri, sendiri dalam arti single, jomblo, tak punya kekasih. Ya... selama hampir 3 minggu ini aku mencoba untuk bangkit, move on dari keterpurukan atas kehilangan sosok yang begitu aku percayai. Tapi selama 3 minggu tanpa dia, ku rasa aku masih baik-baik saja. Aku masih tetap bisa tersenyum bahagia dan dapat melewati hari seperti biasanya. Bahkan di depan teman-temanku, aku masih tetap jadi wanita periang seperti biasanya, tak kelihatan galau dan hancur. Tapi percayalah, setegar apapun aku, aku hanya wanita biasa yang tetap merasakan kesedihan setelah kehilangan. Tak ada orang yang baik-baik saja setelah kehilangan sosok yang ia cintai. Meskipun aku terlihat tetap bahagia dan ceria, namun ya pasti ada yang berbeda, setiap kali buka Handphone tak ada lagi pesan darimu yang dulunya setiap hari selalu berkirim pesan dan berkirim kabar denganku. Tak ada salam sapa yang dulunya sering ku dapat darimu. Bahkan sudah tak pernah lagi saling berkirim pesan sesingkat apapun itu. Padahal beberapa minggu atau bulan lalu kita masih selalu asyik menghabiskan waktu berdua melalui bbm atau telpon hingga larut malam. Berbicara banyak hal hingga lupa waktu dan merasa sangat bahagia dengan hal sederhana itu. Namun untuk sekarang, berkata hai saja aku bingung mau mulai darimana. Takut ga dianggap, takut ga dibalas, takut diabaikan. Padahal aku sudah menganggap kita sebagai teman biasa seperti saat dulu kita pertama saling akrab. Namun kamu sepertinya sudah cuek dan ga mau tahu, ini memanh sengaja menghindar dariku agar aku tak sakit hati atau memang sudah tak mau mengenal lagi. Yang jelas keadaan kita sekarang dengan yang dulu jauh sangat berbeda. 
Sekarang aku merasa bahagia sendiri tanpa kekasih, aku belum ada keinginan untuk berpacaran lagi atau menjalin hubungan yang serius dengan lelaki lain. Entah mengapa tiba-tiba aku tak ada keinginan untuk berpacaran sementara ini. Mungkin sudah terbiasa sendiri atau apalah aku tak tahu. Aku yang merasa bosan atau memang aku masih mengharapkanmu? Aku juga tak tahu itu, aku bingung. Padahal sekarang ada beberapa pria yang mencoba mendekatimu, namun aku belum berkeinginan untuk memilih satu diantara mereka. Biar saja semua berjalan apa adanya sekarang, yang jelas saat ini aku masih ingin memperbaiki keimananku dan akhlakku. Mendekatkan diri pada Sang Pencipta, meraih berkahnya. Agar di hati selalu merasa bahagia dan damai. 
Nanti jika hati dan keadaan sudah siap, pasti jodoh akan bertemu pada waktunya. Pada saat diriku sudah menjadi lebih baik dari sekarang, saat semua sudah berubah keadaannya.

Untukmu masa depanku nanti. Sebelum kamu, ada hati yang pernah ku pertahankan hingga mati-matian. Sebelum kamu, ada sosok lebih penting yang pernah ku peluk hingga tak ingin ku lepas. Sebelum kamu, ada yang ku sayangi lebih dari yg ia tahu. Sebelum kamu, ada nama yang selalu ku sebut dalam sujudku. Sebelum kamu, ada dia yang selalu ku doakan dan ku beri semangat setiap harinya. Sebelum kamu, aku sangat egois dalam berhubungan. Tapi untukmu, aku akan belajar lebih sabar, lebih tegar dan lebih kuat agar tidak kehilanganmu, agar bisa mendaki gunung bersama, agar bisa menikmati malam berdua, agar kamu mencintaiku hingga kita menua dan melihat anak-anak kita tumbuh. Agar aku bisa tetap berada di sisimu, agar aku bisa menjadi makmummu, agar aku tak kehilangan sosok yang ku dambakan. Untukmu jodohku yang masih dirahasiakan oleh Allah. Ku harap engkau disana juga sedang menperbaiki diri sebagaimana diriku disini. Hingga nanti waktu yang akan mempertemukan kita. Aku ingin kita berjodoh tak hanya di dunia, namun juga di akherat. Maka dari itu, ayo kita perbaiki dulu diri kita masing-masing agar mendapat berkahnya. Ku tunggu dirimu dan temui aku dalam sholat istiqarahmu.

Sabtu, 27 Juni 2015

Move On

Aku selalu bilang harus bisa move on, move on dan move on. Namun aku sendiri tahu move on itu bukan hal yang mudah, kecuali kita punya niat yang kuat untuk meninggalkan masa lalu sehingga saat berjalan ke masa depan tidak merasa terbebani. Well, setelah putus dan patah hati berhari-hari, aku akuin emang banyak hal yang berubah. Makan jadi nggak teratur, mikir yang nggak-nggak, keseringan galau, dan bikin aku nggak karuan.
Sudah 16 hari perpisahan kita dan rasanya aku sudah berhasil bangkit. Yei move on. Oh ternyata tak sesedih yang aku bayangkan dan pikirkan saat aku pertama kehilanganmu. Hari berjalan amat cepat berlalu, yang aku rasa kayaknya baru kemarin cowok itu bilang “Kita sendiri-sendiri aja dulu.” sehingga hari ini pun aku masih agak bingung, apa mungkin aku sudah sekebal itu dengan yang namanya perpisahan. Hahaha. Ya mungkin karena bukan dia saja yang pernah menyakitiku begitu dalam, ada orang yang benar-benar sudah pernah menguasai hati dan pikiranku dulu kala. Orang yang benar-benar sudah sayang denganku dan mencoba bertahan 3 tahun lamanya. Karena aku terlalu menyia-nyiakannya hingga akhirnya berakhir sia-sia, makanya sekarang kalau lagi menjalin hubungan aku selalu hati-hati dalam bertindak, tak seegois dulu kala. Dan berbuat sebaik mungkin untuk pasanganku agar tak terjadi perpisahan lagi. Namun apa daya yang ku dapat 3 bulan lalu adalah kesalahan yang pahit, hanya diawalnya saja manis. Hahahaa.
hmmm... aku sih gampang aja gimana sebenarnya biar cepat move on kayak sekarang. Supaya cepat move on salah satunya adalah berbagi cerita ke sahabat. Hal ini rutin aku lakukan bahkan sebelum aku mengalami patah hati, namun saat sedang patah hati malah makin sering curhat sama sahabat aku.
Ternyata, berhari-hari tidak berkirim pesan denganmu tidak membuat aku mati. Aku masih mampu menjalani hidupku sendiri meskipun aku terus mengingatmu berkali-kali. Semua memang tak mudah. Aku mencari duniaku lagi, membangun semua dari awal lagi, dan membiasakan diri untuk melangkah tanpa bisikan semangat darimu. Dan selama berhari-hari ini aku melihat handphoneku yang kini tidak lagi menggunakan background picture foto kita berdua. Hanya ada beberapa pesan darimu yang masih belum aku hapus.
Setiap pagi sebenarnya adalah hal tersulit bagiku karena aku harus meyakinkan diri bahwa kamu tidak akan lagi memberiku kabar tentangmu. Aku sempat berpikir bahwa melepasmu pergi bukanlah masalah besar bagiku, aku akan menjalani pagiku seperti biasa, nyatanya itupun tak semudah yang aku pikirkan. Aku yang dulu berusaha untuk melepaskanmu, namun mengapa sekarang malah aku merasa paling kehilangan kamu?
Hahahaha lucu sekali yaaa...
Memang benar aku sudah berhasil bangkit dan merasa selalu bahagia. Namun ada kalanya tiba-tiba kamu hadir dalam pikiranmu. Padahal tak sedetikpun aku ingin memikirkanmu, toh udah ga penting juga kali.
Selalu terbesit kamu lagi dimana? Lagi ngapain? Sama siapa? Udah makan? Udah sholat? Sehat-sehat sajakan? Dan bahagiakan?
Itulah.... Meskipun aku tahu kamu tak peduli dengan semua itu. Yang jelas aku sudah bisa bangkit dan menganggap kamu sebagai teman baik. Jangan kamu pikir aku masih sedih dan menggalau. Hahahaa. Tenanglah, aku takkan mengusik kehidupanmu lagi kok.
Aku selalu berdoa untuk kebahagiaanmu juga. Supaya nanti takkan sia-sia kesedihanku saat kamu ninggalin aku, yang aku pikir jika tanpaku kamu bahagia ya apa boleh buat. Seperti itu.
Tak usahlah memikirkan hal yang tak penting yang tak bisa membuatmu bahagia. Kita hidup hanya sekali, dibuat semudah mungkin saja. Yang pasti tetap berusaha dan berdoa kepada Allah Sang Pencipta.
Percayalah semua akan indah pada waktunya.
Aku bahagia jika kamu bahagia. Aku ga mau liat kamu sedih dan uring-uringan dengan hal yang menyakitkan. Bangkit dan tersenyum akan lebih baik. Syukuri yang ada dan yang dimiliki, yang di depan lebih penting dari yang sudah berlalu.
Jangan bermain-main lagi dalam suatu hubungan, sebelum memulai suatu hubungan yang baru pikirkanlah matang-matang. Karena sangat menyakitkan saat kita tahu bahwa kebersamaan yang sudah terjalin ternyata hanyalah sebuah keisengan semata, sementara dan hanya permainan hati saja.
Dan yang tak bisa aku lupa darimu adalah kata : mencintai seseorang jangan sambil memendam masa lalu.
Ya dari sini aku ngerti dan belajar arti kata tersebut, dari note di facebook cerita dan kenanganku semuanya aku hapus, sebagian tulisan di blog harus aku edit, semua tentang masa lalu aku sudah aku lupakan dan hilangkan, tapi ternyata kamu sendiri yang tak bisa mengubur masa lalu itu. Lucu sekali ya....
Dari datangnya orang baru dalam hidup aku, membuat aku belajar untuk ikhlas menerima yang ada sekarang, bukan untuk meratapi atau mengharap kembali yang di masa lalu. Masa lalu sudah berlalu, tidak penting juga untuk diurai dan dibina lagi menurutku. Masa lalu adalah sebagai pembelajaran yang berharga untuk bisa menata hidup lebih baik dan takkan melakukan kesalahan yang sama kembali di masa mendatang. Jika harus terjatuh dan masuk ke lubang yang sama lagi, itu suatu kebodohan bagiku. Pengalaman mengajarkan banyak hal. Mulai dari lebih sabar, ikhlas dan menerima apa adanya. Sesuatu yang ikhlas dan tulus akan berdampak juga pada kehidupan kita. Yang aku rasain seperti itu. Aku lebih merasa tenang, damai dan bahagia. Tak ada lagi beban pikiran yang negatif, yang hanya sia-sia jika dipikirkan, merusak hati dan perasaan sehingga membuat pikiran kacau. Yang aku tahu sekarang ini aku merasa bahagia dan sudah ikhlas menerima semua hal yang terjadi.
Untuk kamu yang abadi dalam tulisanku, terimakasih atas semua pembelajaran dan pengalaman berharganya. Aku sangat bersyukur telah belajar banyak tentang kenyataan ini yang membuatku semakin sabar dan lebih mencintai Allah SWT.
Aku selalu berharap kamu juga bahagia, sebahagia aku disini. Meskipun aku tahu ditulisanku yang terdahulu kamu pasti akan merasakan apa yang aku rasain, sakit yang dikecewakan dari orang lain. Suatu pembalasan dari perlakuanmu padaku. Ku harap kamu baik-baik saja wahai lelaki yang pernah membuatku melayang bahagia dan jatuh bertubi-tubi.
Tetap semangat ya kamu, kamu. Iya kamu yang disana.
Pintu hatiku selalu terbuka untukmu.

Salam manis dari seorang wanita bodoh yang selalu tulus ikhlas menerimamu apa adanya.

Jumat, 26 Juni 2015

Membiasakan Diri Tanpamu

Jum'at, 26 Juni 2015.
Well, 15 hari sudah perpisahan kita.
Kuawali hari dengan mencoba membiasakan diri agar tidak mengecek ponsel seusai bangun tidur. Aku bersyukur masih diberi nafas hingga sekarang. Aku berterima kasih karena hari-hariku masih menyenangkan untuk dijalani, meskipun tanpamu, rasanya memang semua berbeda. Ya meskipun kita tak pernah sering ketemu, hanya bisa ngobrol melalui BBM tapi semua berpengaruh besar dalam hidupku.
Aku tak tahu apakah semua yang kamu rasakan benar cinta atau hanya iseng belaka dulu. Yang jelas, kamu berhasil membuatku jatuh cinta, dan berhasil membuatku menangis, bimbang, kacau dan stres ketika kamu mengakhiri hubungan ini tanpa kejelasan.
Hubungan yang berakhir tanpa kejelasan tidak pernah sebahagia hubungan yang berakhir karena adanya alasan dan penjelasan. Namun, tidak dapat dipungkiri, perpisahan yang beralasan ataupun tidak beralasan sama-sama menimbulkan rasa sakit yang sama. 
Aku tidak tahu, semua orang merasa kasihan padaku karena ditinggalkan olehmu, padahal selama ini yang aku rasakan adalah kita memang ada dalam satu titik dimana keduanya harus saling melepaskan. Tak ada yang meninggalkan lebih dulu, hanya saja kamu tidak cukup kuat untuk berjuang lebih keras lagi, makanya kamu memilih menyerah dan melepaskanku.
Berat rasanya harus menerima kenyataan bahwa kamu tidak lagi menyapaku lewat chat setiap hari, berat rasanya harus membiasakan diri tidak lagi mendengar suaramu melalui telepon diwaktu luang kita.
Kamu tidak akan pernah mengerti ini semua, kalaupun kamu mengerti dan membaca ini, tentu kamu akan tertawa sangat kencang, menganggap semua berlebihan, kemudian mengabaikan diriku. Kalau boleh jujur, aku sangat sedih. Entah mengapa setiap hal yang aku lakukan selalu membuatku mengingat sosokmu. Padahal aku tak ingin seperti itu. Aku ingin melupakanmu dan membuangmu jauh-jauh dari pikiranku.
Tapi aku selalu rindu kamu dan selalu ingin tahu kabarmu, aku berusaha melawan perasaan itu agar aku bisa cepat melupakanmu, kemudian menjalani hari-hariku senormal mungkin.
Tiga bulan lamanya kita pernah bersama, mungkin di mata banyak orang terlalu sebentar, namun hanya aku dan kamu yang tahu bagaimana kita punya kedekatan yang lebih. Aku berterima kasih padamu untuk tiga bulan yang berkesan bagiku.
Kamu tak akan tahu sakitnya ditinggalkan saat sedang cinta-cintanya, mungkin sosok keras kepala sepertimu hanya merasa ini biasa saja dan kamu pikir aku tak pernah terluka karena sikapmu. Kamu salah besar, lukaku sudah cukup dalam, dan luka ini akan jadi tabungan karmamu. Kamu tinggal menunggu waktu, saat ada seorang wanita lain memberimu sakit hati yang sama, seperti kamu dengan mudahnya membuangku seperti sampah.
Aku cukup berada di sini. Jadi penonton dari jauh dan tinggal menunggu kabarmu. Aku tidak akan mengotori tanganku dengan melakukan balas dendam, karena aku tahu balasan dari Tuhan akan jauh lebih menyadarkanmu kelak. Kesedihanku cukup sampai disini.
Tiga bulan ini, kamu mengurungku dalam hubungan yang aku pikir cinta. Kamu sangat tahu bahwa aku bisa sangat baik pada pria yang aku cintai, tapi kamu melakukan hal menyakitkan ini. Apakah aku pernah membuatmu sakit dan berbuat kesalahan padamu? Aku rasa aku belum pernah menyakitimu, apakah ini balasan atas sikapku? Aku selalu berusaha hati-hati dengan hubungan kita agar tidak berakhir sia-sia, tapi kamu? Tidak. Kamu lebih ingin menyerah dan mengakhiri semua.
Sekarang, kamu tidak menyesali kepergianku, tapi bisa aku jamin beberapa bulan atau tahun kemudian, kamu adalah orang yang merasa paling menyesal karena melepaskanku begitu saja. Ingatlah satu hal ini, apa yang kamu perbuat menjadi apa yang kamu tuai. Jika kamu telah menyakitiku, tentu suatu saat kamu juga akan menuai rasa sakit yang sama. Mungkin saat itu kamu baru menyadari, betapa meninggalkanku adalah kebodohan yang harusnya tak kamu lakukan. Namun jika tak ada penyesalan seperti itu, mungkin memang inilah takdirnya. Satu hal yang pasti, jangan pernah menyia-nyiakan orang yang sangat tulus menerima kamu apa adanya dan mencintaimu sepenuhnya. Mungkin di luar sana memang ada yang lebih dari dia, lebih sempurna, lebih segalanya. Namun setidaknya kamu harus bisa menghargai perasaan dia, dimana dia sudah berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Kebodohan besar jika kamu menyia-nyiakan orang seperti itu lagi.

Terima kasih untuk tiga bulan yang berkesan, menyenangkan, sekaligus menciptakan kesedihan. Terima kasih untuk peluk dan kenangan yang sempat membuatku percaya bahwa ini semua cinta sejati. Terima kasih pernah membuatku tertawa walau sesaat. Terima kasih untuk segala hal yang bisa membuatku cukup bahagia.

Aku marah, tidak mungkin jika manusia tidak marah jika ditinggalkan begitu saja. Tapi, percayalah, aku akan selalu mengingatmu sebagai bahan pembelajaran bahwa aku tak akan melakukan kesalahan yang sama.
Pelan-pelan aku bisa mengikhlaskan semua. Pelan-pelan aku akan menganggap perpisahan ini adalah wujud Tuhan mencintaiku dan tak ingin mempertemukanku dengan orang yang salah sepertimu. Pelan-pelan, kenangan tentangmu akan terkubur dan tergantikan dengan peristiwa yang lebih bahagia.
Pelan-pelan, ketika mendengar namamu, aku tak akan lagi merasa terluka.

Sekian... 

thanks to Dwitasari untuk untaian kata yang membuatku bisa merasa lebih tenang dan bahagia.

Rabu, 24 Juni 2015

Bangkit dan Bahagia

Di saat yang lain pacaran, yang jomblo rajin baca Al-Qur'an.
Hahaha... aku? Masih Kadang-kadang.
Belum sepenuhnya baik dan belum begitu baik di mataNya.
Di saat yang lain habiskan waktu percuma, yang jomblo manfaatkan waktu untuk ibadah.
Aku? Iya. Mungkin seperti itu. Yang aku lakukan dan rasakan sekarang. Bukan narsis atau PD, namun inilah yang aku rasakan. Ada perubahan banyak dalam hidupku.
Yang dulunya begitu-begitu saja, sekarang ku coba untuk melakukan hal yang lebih baik dan bermanfaat.
Sepenuhnya lebih untuk sang Pencipta.
Pencipta ini, hanya untukNya. Aku merasa lebih bahagia.
Merasa tenang di hati dan pikiran.
Tasbih yang selalu menemaniku.
Sujudku untukNya.
Ku rasakan begitu bahagia sejak aku dekat denganNya lagi, dulu memang dekat namun sekarang jauh lebih sangat dekat.
Bersyukur sekali masih bisa berubah seperti ini. Berubah ke hal yang baik dan positif.
Percayalah sobat, hati ini akan tenang jika selalu mengingat Allah.
Menghabiskan waktu dengan berdzikir.
Menyebut nama Allah.
Selalu mengingatNya dalam setiap langkah kita.
Kala terpuruk memang begitu tak enak dihati dan pikiran, namun semua akan sirna saat kita menyentuh air wudhu dan bersujud untukNya.
Banyak berdzikir dan berdoa.
InsyaAllah semua akan menenangkan.
Takdir kita adalah bangkit dan bahagia. Hidup terlalu singkat untuk terlalu lama berada dalam keterpurukan.

Hayo kamu yang mana? Bangkit atau terpuruk?
mau pilih yang mana? Sobat, niatkan semuanya karena Allah SWT semata. Semoga berkah Allah SWT selalu tercurah kepada sobat semua yang sedang menunggu jodoh terbaik.
Selamat menunggu hari bahagia dengan ibadah yang bermanfaat ya..
 Allah Maha Mengetahui apa, siapa, dan kapan waktu terbaik untukmu, tetap semangat!

Senin, 22 Juni 2015

Tak Ada Orang Yang Baik-Baik Saja Setelah Kehilangan

Senin, 22 Juni 2015. Tepatnya 11 hari setelah perpisahan kita.
Entahlah apa yang aku rasain sekarang ini, aku tak mengerti. Bingung sendiri rasanya, senang ataupun sedih aku tak tahu.

Belum hilang sama sekali. Bila ada kata diatas rasa sakit yang dapat menggambarkan perasaanku saat ini, mungkin bisa kugunakan untuk sekedar menceritakan seberapa terpuruknya aku setelah kehilangan kamu.

Aku yang sebelumnya seorang wanita single yang penuh happy bersama sahabat karena telah lama sendiri kehilangan sosok idaman hati yang kurang lebih 3 tahun menemani. Mencoba berbahagia sendiri tanpa kekasih hati selama 1 tahun lebih untuk mengobati rasa sakit dihati karena telah dikhianati. Dan saat rasa sakit dihati mulai hilang, kamu datang dengan sejuta harapan yang ingin menjalani hubungan serius itu. Hingga aku merasa percaya dan terbuai oleh untaian kata manismu.

Tahukah kamu hai seseorang yang sebelumnya datang dengan segala kebaikan kemudian menghilang tanpa meninggalkan sedikitpun perasaan. Bahwa tak ada seorangpun yang akan baik-baik saja setelah kehilangan dia yang sebelumnya menjadi tempat hatinya percaya. Begitupun aku.
Sekalipun kamu sendiri tahu aku bukanlah wanita lemah yang mudah menyerah, tapi ketika kenyataan membawaku pada luka yang dalam atas perpisahan kita aku benar-benar tidak baik-baik saja. Aku hancur, aku jatuh, aku sakit.
Tahukah kamu gimana terpuruknya aku sesaat perpisahan kita? Aku lemah tak berdaya, aku seperti orang kehilangan akal, makan tak bisa, namun yang kutahu hanya Allah, hanya selalu berdoa, sholat, berdzikir sepanjang waktu mengurung diri dikamar. Ribuan doa terlantun melalui mulut dan hatiku, berharap Allah adil dengan kenyataan ini. Dan memberimu sedikit pelajaran berharga bahwa hati ada bukan untuk kamu siksa, bukan untuk dipermainkan, bukan untuk disakiti, dijatuhkan dan dihancurkan.

Seandainya waktu dapat diputar ulang, aku tak kan pernah seromantis waktu bersamamu, takkan berbuat apa-apa untuk selalu menghiburmu. Aku juga tidak mau mengenalmu dan dipertemukan denganmu. Aku akan lebih memilih untuk menghindarimu saat hari dimana pertama kali kamu memperkenalkan diri padaku. 

Kamu harus tahu, betapa sulitnya aku mencoba bangkit dari keterpurukan dan mengumpulkan serta menata kembali kebahagiaanku dari awal. Mencoba percaya lagi pada diri sendiri bahwa aku bisa tanpamu. Memulihkan harapan yang sempat mati selepas aku tak lagi dapat berkirim pesan denganmu. Berusaha untuk sibuk-sesibuknya hingga akhirnya aku bisa lupa bahwa aku pernah lebih sibuk mempertahankanmu daripada membahagiakan diriku sendiri. Sungguh itu sulit, sangat sulit. Padahal aku tahu sendiri, kamu tetap baik-baik saja setelah perpisahan kita. Bahkan kamu masih bisa selalu tertawa dan asyik dengan teman-temanmu. Atau bahkan tak pernah merasa kehilangan sebesar rasa kehilanganku. Padahal awalnya bukan aku yang ingin berusaha memilikimu, bahkan aku tak ada keinginan untuk mengenalmu lebih jauh waktu itu.

Sekalipun kini aku belum benar-benar pulih, kupastikan padamu bahwa aku baik-baik saja. Karena aku tahu, bahwa untuk segala sesuatu yang terjadi didunia ini memiliki waktunya sendiri. Kalaupun aku pernah menangis untukmu bukan berarti aku tak bisa bangkit kembali. Percayalah, ini bukan pertama kalinya aku terpuruk dan merasakan hal semacam ini, namun ini sedikit berbeda karena suatu hal yang tak bisa aku tulis disini yang kamu sendiri pasti tahu apa itu. Aku sudah mulai terbiasa tanpa kamu, walau masih ada rasa yang begitu menyiksa batinku. Kepercayaan yang aku berikan hancur begitu saja.

Aku ingin kelak Allah menjawab doaku dan menyampaikan salamku untukmu. Terimakasih untuk lukanya hai laki-laki yang tak pernah lagi menganggapku ada. Tak tahukah kamu bahwa karma itu nyata? Karma itu ada dan hari pembalasan itu pasti terjadi.
Semoga nantinya tak ada seorangpun wanita yang hadir hanya untuk mengacak-acak hatimu kemudian pergi seperti yang kamu lakukan padaku. Dan sekalipun saat ini aku berteman sepi, setidaknya aku tak pernah sepecundang kamu dan mengingkari janji-janjiku. Aku tahu apa alasan perpisahan ini, walaupun kebohongan itu kamu simpan dengan rapi tapi aku tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin mimpiku waktu itu nyata dan petunjuk dari Allah.
Aku percaya Allah tak pernah tidur. Ada waktu Dia akan jawab doaku dan menyempurnakan kebahagiaanku.

Bila kamu membaca ini, ingatlah. Bahwa aku pernah jadi satu-satunya tempatmu pulang dan memberi dukungan saat kamu lelah. Aku pernah memberikan rasa bahagia dengan tawa candaku dalam setiap telponku untukmu. Walaupun tak seberapa lama, tapi aku pernah sanggup menguatkanmu. Aku pernah selalu mendokanmu dan selalu menyebut namamu dalam sujudku. Aku yang selalu membangunkanmu diwaktu kamu tertidur lelap, dan aku juga yang selalu mengingatkanmu untuk selalu sholat.

Pergilah sejauh kamu mau, aku tak akan pernah menghalangi. Bila bahagiamu bukan bersamaku, aku takkan mengemis perhatianmu dan memintamu untuk bertahan denganku. Karena bila bukan dari rusukmu aku berasal itu artinya aku tak perlu mati-matian memperjuangkan kebersamaanku denganmu.
Aku disini akan memperbaiki diriku dahulu dan takkan cepat mencari penggantimu.
Aku takkan mengulang kesalahan yang sama dengan terlalu mempercayai laki-laki seperti saat bersamamu.
Aku percaya Allah punya rencana yang lebih indah untukku.

Tugasku sekarang hanya memantaskan diriku, insyaAllah jika memang sudah saatnya Allah akan mempertemukan aku dan jodohku yang sebenarnya, pasti kami akan disatukan dengan caraNya secara hallal. Aamiin.


Kamis, 18 Juni 2015

Jatuh Cintakan Hatiku PadaMU

Hari berjalan tak kenal henti, hati yang gelisah dan gundah masih terasa di hati. Perasaan yang kacau masih selalu menyelimuti.
Aku hampa, aku sedih, aku sakit.
Yang ku tahu hanya Allah saat ini yang selalu menyertai.
Selalu ku ucap dzikir untuknya, tak hanya dibibir, tapi juga di hati.
Meski sadar, tak sepanjang waktu aku bisa seperti ini.
Iya, aku lakukan ini karena rapuhku. Karena kegelisahan hatiku.
 Semestinya dzikir ini harus kulakukan setiap saat tanpa ada alasan karena aku mencintai Allah.
Disaat fikiran kacau selalu yang aku ingat Allah. Selalu dan selalu.
Saat raga tak mampu bangkit, cinta pada-Nya barulah bertumbuh besar.
Tersadar dosa kecil & besar, dosa yg nyata serta tersamar.
Entah kenapa harus begini…
Mungkin ini teguran, semestinya tak menunggu kepedihan baru mengingatNYA seingat begini.
Cinta tertaut kembali disaat sakit, aku baru sadar.
Tapi… Inilah aku… Hamba yang lemah dan biasa, yg rapuh, yg baru mengejar cinta.
Sakit yang datang selalu ku coba rubah menjadi biasa, namun aku belum bisa.
Saat ku buka hati lagi, ternyata rasanya tak sama.
Dan cintapun kembali sulit terasa.
Aku sadar, oh ternyata aku harus mencintai Pemilik cinta itu dahulu baru aku bisa mencintai ciptaanNya.
Namun aku tahu, cinta pada-Nya tak kan tumbuh, jika hati selalu diselimuti keangkuhan.
Tak akan tumbuh, tak akan pernah, tak akan.
Aku bersujud hanya kepadaNYA, Sang Pencipta.
Ku perbaiki imanku dan segalanya pada diriku. Aku sadar banyak dosa yang menyelimutiku. Namun aku tahu, Allah itu maha penyayang dan pengampun. Ku teteskan air mataku dalam sujud panjangku untukNYA. Ku merenung, ku menangis, dosa-dosaku terlalu banyak.
Aku bersyukur masih bisa bertaubat menangis meminta ampunanNya.
Aku bahagia, Jika linangan air mata saat mengucap syukur atas nikmatNya.
Bukan kah ini air mata, kado tanda CintaNya padaku?
Tetesan air mata saat aku teringat dosa, saat aku memohon ampun kepadaNya.
Mungkin ini juga sebagian tanda Cinta-Mu padaku, Wahai Sang Pencipta Cinta.
Jangan biarkan hatiku beku, tanpa CintaMU ya Robb.
Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim…
Jatuh cintakan hati ku padaMU setiap detik tarikan nafasku, Hingga raga menyatu kembali dengan asalnya. Aamiin ya robbal'alamiin.

Takkan Merebut Kebahagiaan Mereka

Pernah terbesit dalam fikiranku untuk mencoba masuk dalam celah hubungan mereka. Mereka? Iya mereka, mantan kekasihku dan kekasihnya. Mantan kekasih yang pernah 3 tahun bersamaku. Mantan terbaik aku. Mantan yang dulunya selalu membuat aku bahagia hingga meneteskan air mata pula.
Tak lama ini aku tahu hubungannya dengan kekasihnya. Bukan kepo, ya tau aja gitu.
Saat mereka merenggang aku berpikir untuk mencoba masuk lagi dalam kehidupan mas itu. Namun aku tak sejahat, serendah dan selicik itu. Aku tahu kalau saja aku masuk lagi sudah dipastikan aku bisa memilikinya lagi. Karena saat kami berdua chating mas itu jujur masih suka memikirkan aku. Ya mungkin karena kebersamaan pacaran dulu yang sampai 3 tahun hingga hampir menuju ke tahap serius saling kenal keluarga dengan dekat jadi dia sulit melupakan aku.
Yahh aku memang tak bisa memiliki apa yang aku inginkan, tapi aku takkan merebut kebahagiaan orang lain juga. Sakit rasanya digituin. Anggap saja kita diposisi wanita itu, gimana perasaannya jika kekasihnya kembali ke mamtan pacar terbaiknya. Wkwkwk acieeehh terbaik, iya aku mantan terbaik katanya.
Meskipun mereka bersama, tapi aku selalu yakin bahwa aku masih selalu ada dihatinya. Kebersamaan kami yang cukup lama itulah yang membuat aku yakin. Ya kalau memang nantinya jodoh, kita pasti kembali tanpa ada yang tersakiti.
Sekarang saling perbaiki diri aja, untuk lebih pantas jika sudah dipertemukan dengan jodohnya nanti.

Rabu, 17 Juni 2015

Mungkin Ini Jawaban Atas Doa-Doaku

Alhamdulillah dapat dipertemukan dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah lagi.
Ooopppssss, 2x Ramadhan ngejomblo kayaknya ini. Wkwkwkwk.
Alhamdulillah yahhh...
Penuh syukur sebenarnya saat putus dengan mas Ardy. Mungkin ini jawaban atas doa-doaku setiap hari, doa-doaku setelah sujudku untukNYA.
Ketahuilah, aku selalu berdoa untuk orangtuaku, untuk masa depanku dan yang ketiga selalu untuk jodohku. Pada saat aku lewatin pacaran sama mas Ardy, aku selalu berdoa begini intinya kalau aku dan Mas Ardy berjodoh semakin tumbuhkanlah cinta-cinta kami, namun jika mas Ardy bukan jodohku aku mohon segera hilangkan perasaan cinta ini dan segera pisahkan kami. Jujur seperti itulah doaku setiap harinya.
Oh ternyata tak disangka doa-doaku terkabul begitu cepat, hanya mencoba 3 bulan saja selesai.
Padahal aku yang selalu meminta doa seperti itu, namun ternyata ngerasa sakit juga. Bahkan yang sebenarnya mas Ardy bukanlah pria yang aku idamkan selama ini. Aku menginginkan pria yang dapat menyempurnakan agamaku.
Aku ngerasa bodoh saat tahu dia yang sebenarnya. Kenapa aku kenal sedekat itu dulu. Jujur saja kedekatan aku dan dia adalah sebuah kesalahan dan aku terjebak dalam situasi yang tak bisa aku tuliskan disini. Sebenarnya begitu, bahkan dari awal dekat aku tak begitu tertarik dengannya karena yang aku cari adalah pria yang pintar mengaji dan ngerti agama. Yang baik, sholeh juga penyabar. Aku kaget dan syok saat aku jalanin dengan mas, aku dimarahin yang sebenarnya aku tipikal cewek manja yang ga pernah dimarahin. Pada saat itulah aku juga mikir, masak aku nanti menikah dengan pria kasar seperti dia. Bagaimana kalau aku susah, bagaimana kalau aku sedih. Tapi aku tepiskan rasa itu, aku hilangkan perasaan itu dan selalu berpikiran positif karena aku mikirnya setiap orang pasti bisa berubah. Namun apa daya, aku sudah sabar dan terima apa adanya tapi dia malah pergi.
Yah mungkin inilah yang sebenarnya aku mau dari dulu. Berpisah dengannya namun aku tak tahu bagaimana caranya. Aku coba terima dan dengan ikhlas aku terima semua, namun yang aku dapat malah kesedihan. Mungkin Allah tak ingin aku bersama mas lagi, Allah punya rencana yang lebih indah dari ini. Doa-doaku selalu tak putus untukNYA.
Bahkan kemarin aku senpat sholat taubat, aku ngerasa sangat berdosa. Aku sampai nangis, bahkan sebelumnya aku tak pernah ngerasa seperti ini. Memohon ampunanNYA. Dalam sujudku ku sebut nama mas dan aku untuk diampuni semua dosa-dosa kami.
Ya Allah, begitu indahnya hidupku selama ini namun aku merasa selalu kurang bersyukur. Selalu ngerasa sedih bahkan kalau dilihat hidupku yang sekarang jauh lebih enak. Dapat berkumpul dengan kedua orangtua dan saudara. Hidup dengan sangat berkecukupan dan apapun yang dimau semua dapat kesampaian. Nikmat ini sebenarnya sudah sangat luar biasa. Hidup yang kurang aku syukuri mungkin adalah hidup yang orang lain inginkan.
Aku tahu kita semua di dunia ini hanya sementara, sedangkan yang lebih abadi ada di akherat nanti. Aku sadar semua itu, namun aku selalu melakukan kesalahan-kesalahan dosa yang amat banyak.
Aku ingin memperbaiki diri lagi. Selagi masih ada waktu di dunia ini.
Inilah tulisan singkat hambamu yang penuh dosa ini.

Selasa, 16 Juni 2015

Pembalasan Terbaik Dari Sakit Hati.

Selasa, 16 Juni 2015. 5 hari setelah perpisahan kita.
Hahaha. Lebay sekali ini mah preeettt... Mana Norma yang strong anti galau dan woles masa bodoh.
Yahhh emang sih woles, masa bodo, tapi kan sini perempuan juga punya hati. Memang suka bercanda namun perasaan aku ga sebercanda itu juga kali ah.
Oke sippp...
Sakit hati...
No no no.
Kesal aja deh...
Tapi ga mau balas dendam juga, yah ga penting malah nambah-nambahin dosa ke aku.

Oke kita bahas sakit hati yahh para pembaca dan stalker saya.

Sakit hati ya. Pasti galau, uring-uringan, ga enak dihati dan nyesek.
Okeeee kembali ke topik.
Pembalasan terbaik dari Sakit Hati.
Sakit hati dibalas? Coba renungkan kembali.
 Sakit Hati, siapa sih yg tidak pernah merasakannya? Lalu apa yang kita lakukan saat dan setelah sakit hati? Marah? Menangis? Membalas dengan perbuatan yang sama? Itu bukan solusi !!!
Guys...Tenagamu terlalu sia-sia untuk melakukan itu semua. Ucapanmu terlalu baik untuk membalas dengan amarah. Ingat, segala tindakan kita akan ada balasannya bukan?
Siapa yang membalas? Allah SWT.
Lalu jika kita tersakiti harus bagaimana? Bersabarlah, kemudian ikhlaskan.
Sakit? Tak kuat menahannya memang. Namun tetap tenang, Allah Maha Melihat.
Apa yang kita rasa akan dijaga baik-baik olehNya. Larikan tenaga dan ucapan kita dengan hal yang jauh lebih baik dari dia yang menyakiti kita.
Kita diomongin, tetaplah tersenyum.
Kita difitnah, tetaplah memaafkan.
Kita diduakan, tetaplah mengikhlaskan.
Kita disepelekan, tetaplah menghargainya.
Itu bukan kepasrahan, hanya saja tunjukkan bahwa kita kuat, biasa saja dan menerima dengan ikhlas apapun itu.
Karena kalian tahu? Setiap perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan nantinya. Mendapat balasan yang setimpal.
Meskipun kini kita tersakiti, kita nggak perlu membalasnya.
Percaya saja dengan ALLAH yang Maha Mengetahui segalanya. Akan ada balasanya sendiri dariNYA.
Kita fokus saja ke hal yang baik, yang membangun diri lebih baik dari semula.
Sabar dan ikhlas itu indah dan menentramkan hati.
Keep smiling...

Selagi menanti jodoh mari perbaiki diri

Diumur kita yang sekarang ini bukan saatnya untuk bermain-main. Temukan calon suami yang baik, sholeh, rajin beribadah dan pintar mengaji, agar nanti bisa menjadi imam yang baik sekaligus menuntunmu ke surga dan berjodoh dunia akherat. Karena suami yang ngerti agama takkan menyakiti istrinya, dia tahu hukuman apa jika menyakiti hati seorang istri.
Kata-kata ini ngebuka hatiku banget, sadar bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementata saja dan di akheratlah yang akan abadi.
Sudah siapkah kamu? Pasti siap nggak siap hari itu akan tiba.
Calon suami yg ngerti agama, iya.
Jaman sekarang susah juga mencari yang seperti itu. Namun kita harus buka mata lebar-lebar bahwa masih banyak orang baik seperti itu, hanya saja belum menemukan. Jangan tergesa-gesa itu intinya.
Untuk aku sendiri yang pasti, dilihat dulu siapa dia, gimana pergaulannya, gimana agamanya, karna kita sudah bukan lagi remaja yang hanya pacaran sementara dan kemudian berpisah. Kita sudah dewasa, sudah waktunya menata hidup yang benar-benar hidup.
Menjadi muslimah yang didambakan imam dan bisa menjadi makmum yang baik.
Mungkin dengan memperbaiki dirilah kita akan menemukan jodoh yang baik.
Banyak yang berkata bahwa jodoh itu adalah cerminan diri kita sendiri. Jadi jika kita baik, insyaallah jodoh juga baik, begitupula sebaliknya.
Dalam suratNYA, lelaki yang baik adalah untuk yang baik pula, begitu juga sebaliknya.
ALLAH selalu berkata benar dan pasti terjadi.
Jadi sekarang baiknya kita sama-sama memperbaiki diri wahai calon suamiku.
Calon suamiku yang entah dimana sekarang. Yang belum dipertemukan.
Saling jaga diri selama kita memperbaiki diri masing-masing.
Ku tunggu dirimu dalam hidupku.
Akan kucari namamu dalam setiap sujudku untukNYA.

Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

Senin, 15 Juni 2015

Aku, Kamu, Kita

Senin, 15 Juni 2015. 4 hari setelah perpisahan kita.
Hmmm... rasanya masih sedikit ga enak dihati. Bukan sakit hati sih, namun hanya kepikiran saja. Kamu dimana? Kamu sedang apa? Kamu sudah sholat belum? Kamu udah makan belum?. Semua kefikiran dalam otakku. Ga pengen mikirin lagi sih, toh udah ga penting juga. Udah aku niatin juga untuk ga ngegalau lagi. Cukup sehari kemarim aja ngegalaunya. Namun ya apa dayaku, logika ingin ga peduli namun hati berkata lain.
Yahhh begitulah, hari ini aku daftar ujian sktipsi. Asseiiikkk 6 hari lagi aku sidang skripsi, perjuangan kuliah slama kurang lebih 4 tahun ini akan ditentukan dalam 1 hari saja. Jerih payah nylesein penelitian dan semangat dari kamulah yg akhirnya bisa slesei secepat ini. Yaaa slama aku ngerjain skripsi kan kamu yg slalu nemenin aku. Hahaha. Kamu? Kamu yg mana ini? Iyaaa, kamu, kamu yang datang lalu pergi. Kamu yg gitu deh, apalah-apalah.
Kembali lagi yaaaa, hari ini aku daftar kan di Unit PPM gitu. Nyerahin berkas-berkas buat sidang dan formulir. Sama bapak dosennya ditanyain macem-macem. Aku kan kembar dan tahu kalo rumahnya ga jauh dari kampus (aku mikir kok bisa tahu ya), ya bapaknya kepo gitu. Tanya No.KTP juga, secara aku hafal no.ID ku ya aku sebutin 16 digit xxx. 16 digit itu sebenarnya kan area kota, tgl lahir. Bapaknya tiba-tiba kok nyeletuk, kamu asli sini kan? Iya pak.
Nanti kalo kamu pindah ke Jakarta No.KTP mu jadi gini gini gini. Temenku ketawa.
Lohh kok Jakarta, aku mikir. Kok bapaknya tahu?
Ohh berarti benar apa yg dikatakan temanku kalo dosen ku yg satu itu punya kelebihan, diterawang kayaknya. Wkwkwk.
Kan aku jadi mikir, Jakarta? Jakarta yg mana yaaa. Hehehe.
Sama mas yg itu, apa mas yg 3 tahun bersamaku dahulu. Yg aneh ya itu, kok bisa tahu. Padahal waktu itu aku ga mikir apa-apa cuma mikir skripsi saja.
Kata teman-teman sih kok LDR terus sama anak Jakarta sih, apa memang jodohmu yang kerja disana. Akupun ga bisa jawab. Cuma kebetulan waktunya begitu. Sama yang kerja di Jakarta lagi dan lagi. Jadi kayak terbiasa LDR dan ga pernah ngerasain pacaran kayak anak-anak lainnya. Tapi ya sekarang kan udah sendiri, ya yang heran sama bapaknya tadi kok bisa nebak nanti kalo aku pindah ke Jakarta. 😊
Ya gitu deh hari ini. Semakin membaik dan kamu mah apa, segini doang berjuangnya. Wkwkwk...
Emang sih aku mudah rapuh, tapi aku mah bukan orang yg mudah menyerah kok. 
 ðŸ˜œ

Jumat, 12 Juni 2015

Pada Akhirnya

Pada akhirnya Kamis malam terucaplah kata perpisahan itu.
Hari ini Jum'at, 12 Juni 2015 sesaat semalam kita putuskan untuk menjalani sendiri-sendiri entah apa yang aku rasakan aku bingung, tak tau apa yang ada di otakku.
Aku sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik semampuku, menjadi seorang penyabar sekuat kubisa, berpikiran positif tentang semua yang sebenarnya buatku tak tenang. Jika ini hasil dari apa yang telah kuperjuangkan selama ini, hingga kini kutemukan lelahku yang selelahlelahnya, kukan beranjak pergi meninggalkan semua karena kutau setiap hal pasti ada masanya.
Mungkin seperti itu kini, entah kesalahan apa yang ada hingga pada akhirnya menjadi seperti ini. Lelah, mungkin sudah lelah dan memang belum bisa move on hingga ketika bersama mungkin hanya sebagai selingan sementara saja.
Menyesal? Sedikit. Tentu ada rasa seperti itu. Yang awalnya hanya berteman biasa hingga menjadi sangat akrab dan seperti serius akan menikah diperkenalkan di keluarga dan sebagaimana semuanya.
Ketika sudah dapat menerima apa adanya, yang ada semua sirna. Nggak sakit hati atau apalah itu, hanya saja merasa menyesal dengan semua yang terjadi. Yang seharusnya tak seperti itu. Mungkin ini doa dari teman-teman yang ga suka atau ga setuju dengan hubungan ini. Yang banyak orang heran saat aku jalanin hari dengan dia. Banyak yang bilang gak pantas, tapi aku abaikan semua itu. Banyak yang bilang harusnya aku mencari pendamping yang kwalitasnya sama denganku. Berpendidikan, baik-baik, dan rajin beribadah. Sedangkan yang aku pilih kemarin berbanding terbalik dengan apa yang teman-temanku sarankan. Namun yaaa apalah dikata, cinta dan kenyamanan mengalahkan logika seperti itu, ku pilih dirinya dengan tulus tak melihat siapa dia. Siapa dia dimata teman-temanku, aku melihat dari sisi yang berbeda karena rasa yang ada.
Dari sinilah aku berpikir, tak perlu patah hati. Kamu siapa, dia siapa.
Motivasi dari sahabat semua yang membuatku bisa seperti sekarang, merasa biasa saja dan hanya ketawa saat tahu alasan terbodohnya ingin sendiri. 

Rabu, 03 Juni 2015

Aku Tak Peduli

I love U my Ardy Chandra Kusuma
Aku tidak peduli pada cemooh teman-temanku tentangmu. Tak ingin tahu penilaian mereka tentangmu. Mereka bilang kamu tak baik, nakal, perokok, bodoh, dan seorang pemalas. Aku tak mau tahu karena aku tak melihatmu dari segala sisi itu, kamu sempurna di mataku, kesempurnaan yang mungkin hanya bisa ku baca dan ku rasa ketika kita bersama.
Aku tidak peduli pada perkataan orang-orang sekitarku bahwa kita tak akan mungkin bersama. Aku hanya bisa menjawab segala cacian itu dengan senyum dan berkata "Biarkan kami yang menjalani semua. Kami yang tahu apa yang kami jalani, karna ini hidup kami. Dan masa bodoh tentang dia yang dulu." Dan, ketika kujawab seperti itu, mereka hanya diam, mungkin dalam hati mereka mengataiku aku wanita bodoh. Aku tak merasakan keburukan itu, bersamamu kurasakan kebahagiaan yang tak bisa kujelaskan, kebahagiaan yang tak akan pernah mereka pahami.
Aku tidak peduli pada jarak ini. Aku tahu kamu tak di sampingku, tak bersamaku, tapi kita seakan tak berjarak.
Ketika pertama kali bertemu denganmu, kemudian menatap matamu, mengetahui dirimu secara langsung, dan kedekatan kita yang dimulai dari hal sederhana melalui BBM, semua ketidaksengajaan itu berlanjut pada percakapaan intens yang membuatku takut kehilanganmu. Ketika semua berawal dari hal sederhana itu, aku tahu semua akan berlanjut dan mungkin akan ada akhir yang pasti.
Namun semakin lama sepertinya kamu berubah, entah ini hanya perasaanku saja atau ini emang yang terjadi.
Tapi aku tidak peduli pada perubahan sikapmu yang semakin sulit ku toleransi. Kamu yang selalu hilang ketika ku butuhkan, kamu yang menjawab pesan singkatku dengan jumlah pesan yang bisa dihitung jemari, kamu yang selalu sibuk dengan kerjamu, yang pulang malam tapi aku masih bisa mengerti semua itu.

Tak apalah kalau memang seperti ini yang harus kita jalani.
Kita jalani saja apa adanya, biarlah mengalir seperti ini hingga tiba waktunya nanti kita bersama, duduk berdua tanpa adanya jarak yang memisahkan kita.

Selasa, 02 Juni 2015

Seusai Pertengkaran Kita (Ku tunggu kamu di Tulungagung)

Jarak takkan pernah jadi halangan untuk cinta kita

Sayang, aku nulis ini dalam note HP ku yang selalu tersimpan, lebih tapatnya ku tulis ini ketika pertengkaran kita entah yang keberapa. Masalahnya sepele dan selalu sepele, selalu aku yang lebih dulu tersentak dan tersentuh. Aku tak tahan lagi dengan jarak yang menjauhkan kita, dengan rasa sakit yang tak kamu pahami, dengan ribuan hasutan banyak orang agar tidak mempercayaimu lagi, dengan sedikit waktu yang kamu miliki untukku, dengan perbedaan kita.
Aku tak tahu Sayang, apakah yang aku pikirkan untuk mencurigaimu adalah hal yang benar atau hal yang salah. Mungkin, aku merasa terlalu tolol dan bodoh karena selalu menganggap kamu mencintaiku. 
Lihatlah dirimu. Kamu tampan, muda, punya segalanya, sudah bekerja, dipuja banyak wanita. Sedangkan aku, siapa aku di matamu. Aku ini terlalu kecil, terlalu bodoh, tidak cantik, aku hanya seorang gadis semester delapan yang sedang memperjuangkan tugas akhir untuk bisa wisuda di tahun ini, di jurusan kuliah yang banyak orang mengira diriku pandai padahal di otak ini ada banyak hal yang kurang diketahui, aku kalah cantik dengan wanita-wanita yang pernah ada dalam hidupmu. Aku tetap merasa bukan siapa-siapa dihidupmu.
Aku lelah pada setiap percakapan yang hanya bisa kita jalin lewat pesan singkat dan telepon. Aku lelah dengan cerita tentangmu disana, mungkin bukan lelah lebih tepatnya cemburu dengan orang-orang yang ada disekitarmu disana bisa berbicara dan melihatmu, bercanda tawa langsung denganmu sedangkan aku tidak bisa. Aku lelah menerima kenyataan bahwa aku sangat sulit masuk ke dalam duniamu. Aku sedih mengetahui hal yang sebenarnya bahwa mungkin saja kita tak benar-benar mencintai, mungkin saja aku dan kamu hanya terjebak dalam ketertarikan sesaat, ketertarikan tolol yang selama ini kita deskripsikan sebagai cinta. Aku tak tahu Sayang, aku sungguh tak tahu apa maksud dan tujuanmu untuk mendekatiku dulu kala. Masa iya sih, pria seperti kamu mau saja dengan gadis biasa seperti aku?
Sayangku, apakah kamu tidak lelah dengan jarak dan perbedaan ini? Dengan amarah dan emosiku yang naik turun setiap kali kita menjalin percakapan di telepon atau bbm, dengan setiap air mataku yang terjatuh. Kita yang jarang bertemu dan tak pernah saling bertatap mata, tak pernah terlihat seperti pasangan normal lainnya.
Waktu kita memang hanya ada saat-saat tertentu, saat aku dan kamu berusaha tidak menyibukkan diri, dan kita sama-sama berbicara tentang mimpi yang kita harapkan segera menjadi nyata. Kamu selalu sibuk bekerja disana. Kamu selalu memintaku untuk bersabar menunggu, untuk setia menyimpan rindu, sampai ALLAH mengizinkan kita bertemu.
Kamu selalu memintaku untuk bersabar menunggumu di Tulungagung, karena kamu akan pulang, membawa banyak kenyataan yang dulunya hanya bisa kita bicarakan lewat telepon, membawa pelukan, kecupan, rangkulan, dan membalas dendam pada jarak yang selama ini menghalami pertemuan kita.

Oke ini saja, kutunggu kamu di Tulungagung sayang.

Pulanglah lebih cepat.
Aku merindukanmu sayang.
😊
(Suka marah hanya sedang rindu, terlalu kangen dan ingin diperhatikan lebih, aku harap kamu mengerti)

Kamu, iya kamu yang selalu aku tulis.
Kala jemari tangan kita saling bertautan, aku rindu masa itu.