Hallo guys, terimakasih ya udah mampir ke blog aku ^_^

Selasa, 28 Juli 2015

Kita Pernah Dalam Keadaan Baik-Baik Saja

Jarak tak pernah jadi alasan atas perasaan kita yang mulai bertautan. Walau aku dan kamu terpisah ratusan kilometer, namun tak ada kata menyerah. Kita percaya ini cinta saat pertama berjumpa setelah sekian lama hanya berkenalan di dunia maya. Jemari kita mulai bergenggaman dipertemuan kedua. Mungkin terlalu terburu-buru jika menyebut ini cinta. Tapi apakah namanya jika selalu ingin bertemu jika aku dan kamu belum saling ungkapkan rasa. Aku sering merindukanmu di malam yang dingin saat udara terasa lebih mencekit dari biasanya. Hanya suaramu diujung telpon, sekedar pesan singkatmu yang bisa hangatkan suasana. Memang kita tak bisa seperti mereka yang bisa bertemu setiap hari, melepas rindu sesuka hati. Kita hanya dua manusia yang berusaha tak menyalahkan jarak. Aku bertemu denganmu tanpa kutahu apa yg Tuhan mau. Lewat percakapan kita, walaupun hanya melalui sambungan telepon rasanya kamu selalu berhasil menghangatkan hatiku. Hari-hari kita lewati, semanis yang tak pernah kubayangkan. Terlalu manis jika boleh kuandaikan. Maaf jika aku tak bisa bohongi perasaanku, bahwa aku ingin kamu disini tidak datang dan pergi. 
Aku dan kamu pernah dalam keadaan baik-baik saja, mengaku cinta dilingkupi bahagia. Kurasa kamu berbeda dari sosok-sosok lainnya, yang meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya. Aku begitu percaya bisikan manismu, aku pegang janji-janjimu. Aku doakan semua mimpi-mimpi kita. Namun ternyata manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang tentukan segalanya. Awalnya kukira kita akan bahagia, membangun cinta dengan kekuatan kita. Awalnya kurasa semua begitu manis, namun ternyata kau berikan luka yang cukup mengiris. Kamu datang saat aku sedang butuh seseorang, seseorang yang mencintaiku tanpa bisikan luka. Seseorang yang menjadikanku satu-satunya. Sosok sederhana yang mencintaiku apa adanya. Sungguh inilah kebodohanku, membiarkanmu masuk ke dalam hati tanpa tau apa yang sesungguhnya terjadi. Saat cintaku semakin tumbuh untukmu, saat perasaan ini tak mampu lagi dibendung, kau malah pergi. Bertanya-tanya mengapa aku bisa begitu mencintaimu.

Dwitasari

Sebelum sejauh mentari, kita pernah sedekat nadi. 

Minggu, 26 Juli 2015

Puisi Rindu

Aku mencintaimu.
Dalam angan dan pikiran masih selalu ada bayangmu.
Aku menyayangimu.
Tak sesederhana kata ataupun ungkapan itu.
Ini nyata apa adanya dalam hatiku.
Dalam keheningan malam ku coba menghapus bayangmu.
Namun apa daya, perasaan ini masih saja menyelimutiku.
Aku sedih, aku galau, aku risau memikirkanmu.
Kamu yang selalu kurindu.
Kamu yang tak mungkin menjadi milikku.

Oh Tuhan, apa salahku.
Perasaan ini muncul tanpa kuingini.
Aku tak ingin berada dalam keadaan ini.
Aku tak ingin merasakan hal ini kembali.
Rasa yang menggebu, mencintai orang yang tak mencintaiku.
Aku tak bisa menahan gejolak rasa yang ada di hatiku.

Aku ingin dia Tuhan.
Aku ingin dia kembali padaku.
Berada dalam pelukku, dalam nyata maupun doaku.
Bukan seperti sekarang, aku hanya bisa memeluknya dalam doaku.

Sesak hati ini mengenang dia yang telah pergi.
Dia yang aku cintai setulus hati.
Dia yang pergi membawa separuh hati ini.
Tak ingin aku sendiri merasakan kepahitan cinta ini.
Lagi dan lagi, aku merasakan kesedihan ini sendiri.
Orang yang aku cintai tak bisa mengerti akan perasaan ini.

Aku mencintai dia Tuhan.
Dekatkan aku dengannya jika dia baik untukku.
Dalam kegalauan hati yang mendalam, kutuliskan puisi rindu ini untukmu.

Dari seorang wanita sederhana yang memiliki cinta luar biasa untuknya.


Inilah Takdir dariNYA

Minggu, 26 Juli 2015.
Well, aku merasa galau, sedih, ga nafsu makan dan dihati rasanya ga enak, tak tenang. Hari ini aku netesin air mata lagi setelah berminggu-minggu tak bisa meneteskannya. Air mataku hari ini pecah meruah tak bisa ditahan. Kemarin tepatnya Sabtu 25 Juli 2015 papa dari Mas Ardy Chandra Kusuma, orang yang dulu pernah menjadi kekasihku berpulang ke Rahmatullah. Ya, Bapak Hadi, papanya mas kemarin meninggal dunia karena sakit yang cukup parah. Alhamdulillah dulu masih sempat bertemu bapak, dan diperkenalkan ke bapak. Namun kemarin bapak sudah tak ada. Aku merasa sedih dan terharu, hari ini aku datang ke rumahnya setelah kurang lebih 5 minggu tak kesana. Turut berduka cita, kasian dengan Bu Erna mamah dari mas. Aku peluk dan cium beliau sambil meneteskan air mata. Tak disangka sampai nangis kayak gitu ga bisa ditahan. Ngebayangin saja kalau aku yang ada diposisi ibu, rasanya ga kuat, sedih. Namun ya mungkin inilah takdirnya, takdir yang harus dilalui. Semua orang nantinya juga akan sama meninggalkan dunia ini. Semua yang ada disini (dunya) hanyalah sementara, sedangkan ada tempat yang lebih abadi nantinya disana (akherat).

Hari ini sedih sekali, jujur aku sangat galau sejak kemarin sampai ga nafsu makan. Memang ya mereka bukan siapa-siapaku, namun aku sudah pernah menganggap mereka sebagai keluargaku sendiri. Berpikir saja jika aku berada diposisi mereka. Mengurus bapak yang sakit, sedih saja melihat bapak waktu masih ada dulu. Beliau kesakitan dan selalu minta dipukuli tulangnya. Ga tega lihat waktu beliau kesakitan waktu masih ada dulu.
Hari ini Bu Erna memeluk dan menciumku, meminta maaf atas semua kesalahan, memberi nasehat agar bisa selalu menjadi teman baik, jika nanti berjodoh pasti akan kembali lagi sama mas Ardy. Rasanya terharu saat ibu bilang seperti itu.

Ya mungkin inilah jalanNYA, jalan terbaik dariNYA. Semoga amal ibadah Bapak Hadi dapat diterima disisiNYA. Ditempatkan ditempat terbaikNYA. Dan keluarga diberi ketabahan, keikhlasan dan juga kesabaran. Aamiin.

Disini masih ada wanita yang selalu mendoakan kebaikan dan kebahagiaan kamu dan kalian semua.

Sabtu, 11 Juli 2015

30 Hari Tanpamu, Mengubah Hidupku

Sabtu, 11 Juli 2015. Yap, 30 hari sudah perpisahan kita. Tak terasa ya sudah 1 bulan berlalu sejak kita memutuskan untuk tak lagi saling dalam ikatan cinta.
Waktu terasa amat cepat berlalu, suka duka, sedih senang mewarnai hariku dalam 30 hari tanpamu ini.

Masih selalu terngiang dalam ingatanku saat seseorang dari masa lalu menumbuhkan luka pada hatiku. Dia lebih memilih pergi dengan hati yang lain, daripada bersamaku. Dia lebih memilih pergi daripada tinggal dan bertahan denganku. Disaat itupun hati ini terluka oleh goresan luka yang dibuatnya. Aku tak pernah membayangkan dia pergi secepat itu, dia yang memintaku untuk bersamanya dan dia juga yang berjanji takkan meninggalkanku, namun dengan mudahnya dia mengakhiri hubungan ini tanpa berpikir ulang. Ya mungkin inilah takdir, manusia hanya mampu berencana namun Allah yang lebih tahu rencana mana yang baik untuk setiap hambaNya. Wanita mana yang tak jatuh terpuruk ditinggal saat cintanya mulai tumbuh. Ya pada saat itu aku hanya menggantungkan harapan padaNya, pada Sang Maha Pencipta. Dan disaat itu pula aku merintih dalam doa-doa panjangku. Aku meminta dengan begitu dalam pada sujud panjangku untukNya. Dalam doaku selalu ku selipkan namanya. Namun aku pun tak lupa meminta padaNya, untuk menghadirkan hati lain yang baik menurutNya. Aku tidak ingin berlarut dalam kesendirian yang menyakitkan, dan akupun tidak ingin berputus asa dalam menyempurnakan separuh agamaku. Maka setiap seusai sujud, selalu aku meminta padaNya dihadirkan hati yang baik, sholeh dan berada baik pada jalan Allah. Meminta padaNya dihadirkan hati yang memiliki sabar yang tiada batas yang bisa menerima diriku apa adanya. Meminta padaNya dihadirkan hati yang mencintai Allah dan bisa membimbingku karena aku ingin jodoh yang tak hanya di dunya namun juga bisa bersamaku di akherat.

Tahukah kamu hai lelaki yang kemarin menggoreskan luka pada hatiku? Aku disini masih selalu menyelipkan namamu dalam doa seusai sujudku untukNya lho. Ga disangka ya sudah 30 hari berlalu. Gimana kabarmu tanpa aku? Gimana hari-harimu tanpa kecerewetanku? Masih bahagia dan baik-baik sajakan disana...
Tak disangka ya secepat ini berlalu. Aku sekarang sudah baik-baik saja dan berkatmu aku lebih fokus dalam menata masa depanku. Aku merasa jadi pribadi yang lebih baik, memperbaiki diri lagi saat aku kehilanganmu. 
Tanpamu aku baik-baik saja bukan? Gampang ya aku move on? Hahaha. Yaaaa, berkat keputusanku dengan tak menjadi stalker kamu aku bisa seperti sekarang ini. Sudah tak mengikuti postinganmu aku bisa pada titik ini, titik dimana kebahagiaan bisa aku rasakan kembali setelah berpisah denganmu. Aku lebih tenang dengan tak tahu apapun tentangmu. Sudah aku stop keinginan untuk stalking dirimu dari 3 hari setelah kita berpisah, hingga aku blockir account dan delete account sosmedmu. Ma'af yaaa, ini untuk kebaikan hatiku dan perasaanku saja agar mudah melupakan dan mengikhlaskan. Yaaaa akhirnya aku berhasil bebas dari rasa sakit setelah tak mengetahui apapun tentangmu. Akhirnya 30 hari ini aku bisa kembali semangat melewati hari-hariku. Kembali bahagia dan ceria bersama keluarga dan sahabat-sahabatku. Melewati hari seperti hari sebelum kita bersama dahulu kala. Aku sudah lebih baik dari yang dulu, insyaAllah. Aku yakin karena Allah selalu dihatiku. Ku sadari aku lebih dekat dengan Allah saat aku terpuruk. Terimakasih sudah membuatku seperti ini, dan akhirnya membuat aku sadar aku jadi lebih dekat denganNya. Bukan karenamu tentunya ini, tapi semua karena Allah. Kulakukan perubahan yg terbaik pada diriku hanya karena Allah. Aku selalu merasa tenang setelah mengadu padaNya. Bersujud hingga terurai air mataku, menyesali semua yang telah terjadi.
So, 30 hari tanpamu aku belajar banyak hal dan menyadari apa yang lebih baik dalam hidupku.
Terimakasih mas...

Minggu, 05 Juli 2015

Mengagumimu Dalam Diam

Sejak awal kenal denganmu, ada perasaan berbeda kala itu. Iya beberapa tahun lalu tepatnya. Melalui friendster kita saling berkenalan dan berlanjut untuk pacaran. Mungkin kamu sudah lupa dengan semua itu. Tapi aku masih ingat betul gimana kamu dulu ngungkapin kata I Love U melalui layar HP mu. Ada sesuatu yang bergetar dalam diriku saat kubaca message darimu waktu itu. Entah apa, aku tidak tahu dan yang jelas aku merasa bahagia kala itu.
Hingga akhirnya kita pacaran, ya walaupun tak sering bertemu namun kamu sudah sangat berarti di hatiku kala itu. Meskipun tak lama juga kebersamaan kita, tapi satu hal yang harus kamu tahu. Saat kamu ucapkan kata perpisahan melalui handphone, aku hancur, aku sakit, aku menangis, saat itulah hari pertama aku merasakan yang namanya patah hati karena seorang lelaki.
Sudah lama kupendam hasrat ini ingin ku katakan padamu, namun masih saja ada rasa malu, takut diabaikan dan ga penting juga untuk diungkapkan.

Tahu kah kamu, selama bertahun-tahun ini aku mengenalmu aku semakin kagum padamu. Entah apa yang buatku seperti itu. Ya meskipun sering aku berganti-ganti pacar, masih sering aku selalu membuka profil sosmedmu, ingin tahu tentang kamu, tentang semuanya yang ada di dirimu. Hanya sekedar ingin tahu, sebatas itu mungkin. Dan ketika aku sendiri tanpa kekasih, selalu saja ada keinginan mendekatimu lagi dan lagi. Namun sepertinya tak mungkin, karena kamu terlalu tinggi untuk bisa kugapai (lagi). 
Aku suka mencuri-curi kesempatan untuk melihat aktifitasmu di sosmed. Melihat fotomu tersenyum dan tertawa, adalah salah satu pemandangan favorit bagiku, dan itu bisa membuatku ikut tersenyum disini. Aku pernah berharap, kita akan bisa seakrab dulu. Tapi itu ga mungkin, Bukankah itu mustahil?

Aku tidak pernah menginginkah rasa ini tumbuh. Tapi perasaan ini tak pernah bisa memilih kepada siapa akan berlabuh. Aku juga tidak begitu yakin kamu akan meresponku. Tunggu, merespon? Ah aku ini bisa saja. Sekedar menyapaku saja kamu tidak pernah. Apalagi merespon? Hahaha...
Iya, sudah lama ku pendam perasaan ini. Ingin aku katakan, aku mengagumimu dalam diam, selalu menyebut namamu dalam doaku, dalam doa seusai sujudku untukNya. Ya meskipun aku kelihatan selalu menggalau, berkata-kata sendu, mellow, sedih. Itu semua hanya kulakukan untuk mengalihkan perasaanku yang ingin mengutarakan ini padamu. Selalu ingin ku katakan hal ini, namun aku malu. Mungkin hanya diketawain saat jujur seperti ini. Hahaha. Ya tak apalah, yang penting aku sudah lega bisa mengungkapkan apa yang ada di hatiku selama ini.

Oh ya, ada lagi. Kamu yang cuek, dingin, dan ga banyak berkata membuatku bingung saat aku mulai berkirim pesan denganmu. Aku ingin membangun percakapan itu, namun aku tak tahu apa yang harus aku tulis. Rasanya kayak dari suatu ketinggian lalu terjun bebas ke bawah saat aku mengirim pesan yang kemudian dibalas dengan kata singkat, ya memang tahu sih kamu ga banyak kata jadi aku berusaha biasa saja. Namun ada kalanya ketika kamu berkirim chat padaku, hanya sekedar tulisan "haha" seperti kemarin, aku sudah merasa bahagia. Aneh ya, senang aja ketika mendapat chat dari kamu. Iya, aku langsung tersenyum dan segera membalas chat singkat itu. Ada juga ketika kamu memberi like atau love pada postinganku, seketika itu aku merasa bahagia. Hanya sesederhana itu rasanya senang sekali, sampai aku bercerita ke salah satu sahabatku. Tak ada yang tahu tentang perasaanku ini, bahkan saudara kembarku saja tak tahu. hahaha....
Mungkin setelah membaca ini kamu bingung mau berkata apa. Tak perlu berkata apa-apa, cukup dibaca saja tak apalah. Ini hanya ungkapan sederhana yang sudah lama kupendam saja. Tak penting juga mau dibalas seperti apa.

Yapppp,,, hanya ini saja yang ingin aku katakan, aku tulis.
Ma'af jika aku salah berkata dan akhirnya membuat ilfeel.
Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan hatiku. Tak enak rasanya dipendam terus menerus.
Terimakasih untuk waktunya membaca ketikan yang tak berarti ini. 

Salam rindu dari perempuan sederhana yang selalu mengagumimu dalam diam.

Note : hanya sekedar kagum, bukan cinta/sayang. Rasa cinta dan sayang itu mungkin sudah pudar kini.