Hallo guys, terimakasih ya udah mampir ke blog aku ^_^

Jumat, 15 Januari 2016

Ikhlas


Untukmu yang membiarkanku berjuang sendiri, Kali ini ku ikhlaskan. Silahkan pergi.

Ingatkah kamu beberapa ratus hari yang lalu, ketika kamu sedang mengejarku. Duniamu serasa hanya ada aku, mungkin itulah yang aku rasakan saat itu. Dari aku membuka mata hingga menutup mata, kamu selalu menyapaku. Menceritakan banyak hal, yang belum aku ketahui tentangmu. Dulu, aku baru saja patah hati. Membuka hati untukmu, memerlukan proses yang lama. Namun, kamu meyakinkanku bahwa dunia akan bahagia jika aku bersamamu. Akhirnya setelah beberapa bulan kita saling dekat, akhirnya kita berpacaran. Kamu tak banyak menceritakan banyak hal, selalu aku yang bercerita ya walaupun hanya melalui sambungan telpon yang setiap harinya kita lakukan. Kamu memang bukan tipe lelaki romantis, kamu selalu terkesan kaku, namun itu memang kamu, tak kaget pula aku dengan tingkahmu.

Kita menjalani hubungan LDR (Long distance relationship) sedari awal. Kamu jarang sekali menemuiku, namun saat pulang kita setiap hari selalu bertemu, lalu kamu pergi untuk kembali ke pekerjaanmu. Selama ini, aku selalu bersabar dengan begitu sibuknya pekerjaanmu. Kegiatan teleponan diantara kita memang sering, dan kita selalu ngobrol lewat bbm. Dari bangun tidur, sampai mau tidur. Aku selalu menceritakan banyak hal tentang apa yang aku lalui setiap hari dan kamu selalu menjadi pendengar yang baik, yang tidak banyak bicara. Tapi terkadang kamu juga bercerita tentang masalahmu, pekerjaanmu, keluargamu dan banyak fikiran yang membuat pusing dan lelah. Sebagai pacar, aku selalu menyemangatimu. Aku tak akan tidur sebelum kamu mengabariku kalo kamu sudah sampai di kos. Kadang sampai larut malam, meski kita tak bersama aku hanya ingin seolah ada aku yang selalu disampingmu.

Bulan demi bulan kita lalui. Kita bukan manusia sempurna, mulailah banyak hal yang membuat kita tak cocok satu sama lain. Kebiasaanmu yang sudah mulai tak mengabariku lagi,  membuat aku semakin kesal setiap harinya. Satu, dua, tiga, empat, lima kali aku mencoba biasa saja. Sampai akhirnya perdebatan ini hampir menaungi kita setiap malam. Bahkan, terkadang sampai beberapa jam aku mencarimu kamu tak kunjung menghubungiku. Aku masih sabar kala itu, mungkin karena rasa cintaku padamu. Banyak orang bilang “cinta itu tak kenal logika”. Kuakui, waktu itu aku benar-benar mengalaminya. Rasanya sakit, ketika kamu tak lagi memprioritaskan aku. Sosial mediamu selalu online, kamu bisa membalas chat teman-temanmu. Tapi, untukku satu katapun tak kamu balas. Sampai pada akhirnya, hari itu aku merasa lelah. Perdebatan kita berujung dengan kata-kata darimu “kita sendiri-sendiri saja”. Sakit rasanya, selama ini aku memperjuangkanmu. Kamu tak menghargaikupun aku masih menerima. Aku selalu berusaha untuk mengalah, berharap kelak kamu berubah. Tapi, yang kudapat adalah sebuah kata perpisahan, yang membuat tangisan semalaman.

Hari itu aku belum bisa menerima, namun semua orang terdekatku mengatakan bahwa aku lebih baik berpisah dengannya, karena dia tak pantas mendapatkan perempuan baik seperti aku. Mereka meyakinkan aku, kelak aku berhak dapat yang lebih baik darinya. “Buat apa kamu sedih sendirian? Kok kamu mau sama dia, kayak ga ada yang lain saja”, begitu kata beberapa temanku. Kalimat itu seakan menamparku untuk kembali sadar akan kehidupan yang sebenarnya. Ketika itu, pola pikirku berubah, aku sadar selama ini aku hanya berjuang sendirian, aku sadar selama ini aku hanya berharap terlalu berlebihan kepada hubungan yang tidak sehat ini. Namun sebagai manusia biasa aku masih sulit untuk menerima keadaan ini. Hingga pada saatnya beberapa bulan setelah kita berpisah, akhirnya kita berhubungan lagi dan kembali dekat seperti ketika masih berpacaran. Entah angin apa yang membawamu masuk kembali dalam kehidupanku. Kita menjadi lebih dekat lagi dan tak jarang aku sering main ke rumahmu hanya untuk sekedar berbincang dan makan keluar dengan mamamu. Semakin lama kita semakin seperti berpacaran lagi. Tapi entahlah apa yang dirasakan aku masih bingung. Dari mulai display picture bbm kita yang sering kita pasang foto bersama, dari obrolan bbm dan telpon semua seakan kita tak pernah mengalami perpisahan. Beberapa hari yang lalu kamu juga masih memakai display picture poto kebersamaan kita, kemarin siang juga kita masih mengobrol ditelpon seperti biasanya. Kita saling bermesraan kembali, hingga banyak orang mengira bahwa kita tak pernah putus. Hal bodoh dalam diriku adalah, kenapa sampai sekarang aku masih selalu bisa menunggumu, menunggu kamu mengabariku, menunggu kamu membalas bbmku, bbm ku yang hanya D tanpa R padahal aku tahu kamu sedang online. Memang semua itu disengaja. Hingga akhirnya semalam aku berfikir dan aku tulis ini dalam note handphoneku sehingga sekarang sempat aku posting di blog yang biasanya aku ungkapin perasaanku.
Aku berfikir semakin lama aku tak bisa seperti ini juga, berada dalam ketidakjelasan yang membuatku semakin sulit dan takut menerima kenyataan jika nanti bukan hubungan serius yang kita jalani. Dan hubungan ini tak ada tujuan yang jelas, bergantungan gak tentu. Memang kita sudah dewasa, sudah harus menata hidup ke depannya nanti. Namun sampai sekarang kedekatan kita hanya abu-abu. Kamu hanya datang saat kamu sedang butuh, kamu selalu tak bisa menghargai perasaanku dan apa yang aku lakukan selama ini. Walaupun aku hanya diam saja, sebenarnya aku merasa sakit. Aku hanya ingin disayangi sepenuh hati, dihargai dan tidak dicari ketika butuh saja. Mengerti dan memahami gimana aku ini sebenarnya tidak sulit. Bukan aku tidak ikhlas melakukan apa saja yang kamu minta, namun setidaknya kamu bisa mengerti bahwa aku hanya perempuan biasa yang memiliki perasaan. Aku sadar juga usia ku semakin tua, jika aku hanya menunggumu tanpa kepastian kapan aku bisa mendapatkan kebahagiaan yang aku harapkan. Maaf jika aku salah dalam berkata, tapi inilah yang aku rasakan. Kamu hanya ingin diperjuangkan saja dan dimengerti. Tanpa mau memperjuangkan dan mengerti aku. Kenapa aku harus bersulit-sulit dan bersusah-susah denganmu, sedangkan sebenarnya masih banyak yang menungguku. Namun ya seperti yang aku tulis, kadang cinta bisa mengalahkan logika.

Jika bukan kamu yang mengajakku, aku tak akan berjalan sejauh ini dan mungkin jika dulu aku tak mau denganmu, aku tak akan merasa seperti ini sekarang. Kamu yang memintaku untuk hidup bersamamu, namun kamu juga yang memintaku untuk pergi dari hidupmu (dulu).

Kali ini aku sadar, aku masih punya banyak impian yang bisa kukejar. Daripada aku hanya bertahan atau berjuang dengan lelaki yang tak memperjuangkanku, aku lebih baik pergi. Kali ini, aku ikhlas. Silahkan kamu pergi sejauh yang kamu mau, kamu berhak mendapatkan wanita yang jauh bisa menerimamu daripada aku. Ku ucapkan terimakasih karena sudah menemani ratusan hariku, kamu tetap memiliki tempat di hatiku. Berjuanglah bersama-sama dengan yang bisa berjuang denganmu.

Mungkin memang bukan kamu yang salah, hanya saja mungkin aku yang terlalu berharap banyak. Selamat tinggal, kamu yang dulu selalu ku perjuangkan. Kali ini aku mengikhlaskanmu untuk pergi.

Dari

Wanita yang dulu selalu memperjuangkanmu.


By hipwee dan pengalaman pribadi :)