Jarak tak pernah jadi alasan atas perasaan kita yang mulai bertautan. Walau aku dan kamu terpisah ratusan kilometer, namun tak ada kata menyerah. Kita percaya ini cinta saat pertama berjumpa setelah sekian lama hanya berkenalan di dunia maya. Jemari kita mulai bergenggaman dipertemuan kedua. Mungkin terlalu terburu-buru jika menyebut ini cinta. Tapi apakah namanya jika selalu ingin bertemu jika aku dan kamu belum saling ungkapkan rasa. Aku sering merindukanmu di malam yang dingin saat udara terasa lebih mencekit dari biasanya. Hanya suaramu diujung telpon, sekedar pesan singkatmu yang bisa hangatkan suasana. Memang kita tak bisa seperti mereka yang bisa bertemu setiap hari, melepas rindu sesuka hati. Kita hanya dua manusia yang berusaha tak menyalahkan jarak. Aku bertemu denganmu tanpa kutahu apa yg Tuhan mau. Lewat percakapan kita, walaupun hanya melalui sambungan telepon rasanya kamu selalu berhasil menghangatkan hatiku. Hari-hari kita lewati, semanis yang tak pernah kubayangkan. Terlalu manis jika boleh kuandaikan. Maaf jika aku tak bisa bohongi perasaanku, bahwa aku ingin kamu disini tidak datang dan pergi.
Aku dan kamu pernah dalam keadaan baik-baik saja, mengaku cinta dilingkupi bahagia. Kurasa kamu berbeda dari sosok-sosok lainnya, yang meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya. Aku begitu percaya bisikan manismu, aku pegang janji-janjimu. Aku doakan semua mimpi-mimpi kita. Namun ternyata manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang tentukan segalanya. Awalnya kukira kita akan bahagia, membangun cinta dengan kekuatan kita. Awalnya kurasa semua begitu manis, namun ternyata kau berikan luka yang cukup mengiris. Kamu datang saat aku sedang butuh seseorang, seseorang yang mencintaiku tanpa bisikan luka. Seseorang yang menjadikanku satu-satunya. Sosok sederhana yang mencintaiku apa adanya. Sungguh inilah kebodohanku, membiarkanmu masuk ke dalam hati tanpa tau apa yang sesungguhnya terjadi. Saat cintaku semakin tumbuh untukmu, saat perasaan ini tak mampu lagi dibendung, kau malah pergi. Bertanya-tanya mengapa aku bisa begitu mencintaimu.
Dwitasari
Sebelum sejauh mentari, kita pernah sedekat nadi.
Dwitasari
Sebelum sejauh mentari, kita pernah sedekat nadi.