Senin, 29 Juni 2015. 18 hari setelah perpisahan kita. Sudah hampir 3 minggu aku sendiri, sendiri dalam arti single, jomblo, tak punya kekasih. Ya... selama hampir 3 minggu ini aku mencoba untuk bangkit, move on dari keterpurukan atas kehilangan sosok yang begitu aku percayai. Tapi selama 3 minggu tanpa dia, ku rasa aku masih baik-baik saja. Aku masih tetap bisa tersenyum bahagia dan dapat melewati hari seperti biasanya. Bahkan di depan teman-temanku, aku masih tetap jadi wanita periang seperti biasanya, tak kelihatan galau dan hancur. Tapi percayalah, setegar apapun aku, aku hanya wanita biasa yang tetap merasakan kesedihan setelah kehilangan. Tak ada orang yang baik-baik saja setelah kehilangan sosok yang ia cintai. Meskipun aku terlihat tetap bahagia dan ceria, namun ya pasti ada yang berbeda, setiap kali buka Handphone tak ada lagi pesan darimu yang dulunya setiap hari selalu berkirim pesan dan berkirim kabar denganku. Tak ada salam sapa yang dulunya sering ku dapat darimu. Bahkan sudah tak pernah lagi saling berkirim pesan sesingkat apapun itu. Padahal beberapa minggu atau bulan lalu kita masih selalu asyik menghabiskan waktu berdua melalui bbm atau telpon hingga larut malam. Berbicara banyak hal hingga lupa waktu dan merasa sangat bahagia dengan hal sederhana itu. Namun untuk sekarang, berkata hai saja aku bingung mau mulai darimana. Takut ga dianggap, takut ga dibalas, takut diabaikan. Padahal aku sudah menganggap kita sebagai teman biasa seperti saat dulu kita pertama saling akrab. Namun kamu sepertinya sudah cuek dan ga mau tahu, ini memanh sengaja menghindar dariku agar aku tak sakit hati atau memang sudah tak mau mengenal lagi. Yang jelas keadaan kita sekarang dengan yang dulu jauh sangat berbeda.
Sekarang aku merasa bahagia sendiri tanpa kekasih, aku belum ada keinginan untuk berpacaran lagi atau menjalin hubungan yang serius dengan lelaki lain. Entah mengapa tiba-tiba aku tak ada keinginan untuk berpacaran sementara ini. Mungkin sudah terbiasa sendiri atau apalah aku tak tahu. Aku yang merasa bosan atau memang aku masih mengharapkanmu? Aku juga tak tahu itu, aku bingung. Padahal sekarang ada beberapa pria yang mencoba mendekatimu, namun aku belum berkeinginan untuk memilih satu diantara mereka. Biar saja semua berjalan apa adanya sekarang, yang jelas saat ini aku masih ingin memperbaiki keimananku dan akhlakku. Mendekatkan diri pada Sang Pencipta, meraih berkahnya. Agar di hati selalu merasa bahagia dan damai.
Nanti jika hati dan keadaan sudah siap, pasti jodoh akan bertemu pada waktunya. Pada saat diriku sudah menjadi lebih baik dari sekarang, saat semua sudah berubah keadaannya.
Untukmu masa depanku nanti. Sebelum kamu, ada hati yang pernah ku pertahankan hingga mati-matian. Sebelum kamu, ada sosok lebih penting yang pernah ku peluk hingga tak ingin ku lepas. Sebelum kamu, ada yang ku sayangi lebih dari yg ia tahu. Sebelum kamu, ada nama yang selalu ku sebut dalam sujudku. Sebelum kamu, ada dia yang selalu ku doakan dan ku beri semangat setiap harinya. Sebelum kamu, aku sangat egois dalam berhubungan. Tapi untukmu, aku akan belajar lebih sabar, lebih tegar dan lebih kuat agar tidak kehilanganmu, agar bisa mendaki gunung bersama, agar bisa menikmati malam berdua, agar kamu mencintaiku hingga kita menua dan melihat anak-anak kita tumbuh. Agar aku bisa tetap berada di sisimu, agar aku bisa menjadi makmummu, agar aku tak kehilangan sosok yang ku dambakan. Untukmu jodohku yang masih dirahasiakan oleh Allah. Ku harap engkau disana juga sedang menperbaiki diri sebagaimana diriku disini. Hingga nanti waktu yang akan mempertemukan kita. Aku ingin kita berjodoh tak hanya di dunia, namun juga di akherat. Maka dari itu, ayo kita perbaiki dulu diri kita masing-masing agar mendapat berkahnya. Ku tunggu dirimu dan temui aku dalam sholat istiqarahmu.